Hijaunya hamparan hutan di Indonesia menyebabkan negara tercinta ini dijuluki sebagai Zamrud Khatulistiwa. Memang benar, hamparan sawah diselingi gunung berselimut hutan hujan tropis sangat menyejukkan pandangan mata. Umumnya tumbuhan berwarna hijau karena menghasilkan klorofil yang berperan sangat penting di dalam fotosintesis. Mengapa ada daun yang berwarna kuning, merah dan ungu? Mengapa buah muda berwarna hijau dan saat matang berwarna kuning atau merah? Pasti pertanyaan ini menggelora dalam dada Pembaca, iya kan?
Fotosintesis bagaikan sistem pernafasan dan transportasi nutrisi yang terdapat pada tubuh manusia. Proses menakjubkan ini terjadi karena adanya cahaya dan partikel karbon dioksida. Inilah penyebab mengapa siang hari berasa sangat sejuk jika kita bernaung di bawah pohon. Saat itu pohon mengeluarkan oksigen dan uap air yang dilepaskan ke atmosfer. Glukosa merupakan bahan bermanfaat yang dihasilkan saat terjadinya fotosintesis dan disimpan secara permanen dalam umbi tanaman. Sebaliknya pada malam hari jangan pernah bernaung di bawah pohon. Terkait dengan larangan berada di bawah pohon saat malam hari, saya pernah didatangi mahasiswa yang mengeluh mengalami sesak nafas saat duduk sendirian di bawah pohon saat malam hari. Dia sudah menduga telah mendapat gangguan dari jin penunggu pohon yang kurang senang melihat manusia berada di situ. Saya tertawa mendengar cerita itu. Sebagai seorang peneliti, saya harus meluruskan persepsi yang telah melenceng supaya tidak melebar menjadi bola liar yang mengacaukan persepsi masyarakat. Saat malam hari, pohon berdaun hijau mengeluarkan gas karbondioksida layaknya manusia yang bernafas. Jika manusia berada di bawah pohon, terjadilah ‘rebutan’ oksigen mengakibatkan manusia merasa sesak dan menduga diganggu oleh jin penunggu pohon. Memang saya akui, masyarakat Indonesia mengenal banyak sekali mitos yang seringkali harus diluruskan supaya tidak terjadi salah kaprah seperti kasus berada di bawah pohon saat malam hari.
Selain adanya klorofil untuk fotosintesis, performa fisik daun yang berbeda (permukaan daun berbulu atau mengandung lapisan lilin), kandungan metabolit sekunder setiap jenis tumbuhan juga berbeda jenis dan komposisinya. Sebagai ilustrasi, kupu-kupu betina mencari tumbuhan tertentu untuk meletakkan telur. Sejak lama serangga dan tumbuhan dihubungkan oleh senyawa kimia spesifik yang merupakan faktor penentu dalam menunjang seleksi serangga terhadap tanaman. Senyawa metabolit primer bersifat esensil pada tumbuhan merupakan penentu seleksi yang dilakukan oleh serangga. Metabolit sekunder, nutrisi atau zat hara yang dikandung tanaman juga menentukan dipilih atau tidak dipilihnya suatu tanaman oleh serangga.

Secara umum tumbuhan hijau menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer terdiri dari sebagian besar karbon, nitrogen dan energi digunakan untuk menyusun karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. Metabolit sekunder mempunyai definisi sebagai molekul organik yang tidak memiliki peran secara langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan, berfungsi spesifik dan non esensil, dapat disintesis oleh organ tertentu tumbuhan (akar, daun, bunga, buah, biji), sifatnya sangat spesifik berkaitan dengan fungsi dan tidak menyebabkan kematian. Biosintesis metabolit sekunder terjadi pada bagian tumbuhan tertentu yang berada dalam kompartemen khusus (organ atau tipe sel terspesialisasi) dengan konsentrasi sangat tinggi konsentrasinya. Keuntungan tumbuhan mengandung metabolit sekunder dapat menjadi pertahanan yang efisien terhadap
serangan hewan pemakan tumbuhan. Metabolit sekunder pada tumbuhan merupakan pemicu terjadinya gatal dan keracunan berimbas pada kematian organisme yang memakannya. Beberapa fungsi metabolit sekunder adalah: membangun sistem pertahanan terhadap tumbuhan kompetitor, virus, bakteri dan jamur, penghasil atraktan (bau, warna, rasa) untuk serangga (polinator, penyebar biji), perlindungan dari sinar UV dan penyimpanan nitrogen.
Salah satu komponen metabolit sekunder yang dapat terdeteksi oleh hidung yang menjadi indra penciuman manusia adalah: minyak atsiri. Sejumlah tumbuhan diketahui mengandung campuran monoterpen volatil dan seskuiterpen atau minyak atsiri (essential oils), dengan karakteristik aroma pada daunnya. Pepermin, lemon, kemangi dan saga adalah tumbuhan yang mengandung minyak
atsiri yang spesifik baunya. Ternyata tanaman Mentha arvensis merupakan komponen utama penghasil minyak atsiri mentol. Persentase tertinggi terdapat di bagian pucuk batang sekitar 78,16% dan terendah di bagian stolon sebanyak 43,7%. Terkait dengan warna-warni yang diperlihatkan oleh daun, bunga dan buah, hal itu sangat erat kaitannya dengan fenolik yang terdapat pada tumbuhan. Pigmen berwarna tumbuhan dinamakan karotenoid dan antosianin mampu memberikan isyarat visual menarik datangnya serangga polinator dan penyebar buah. Karotenoid berupa senyawa penghasil warna kuning, oranye dan merah yang ditemukan pada jeruk, wortel dan stroberi. Karotenoid mampu berperan sebagai pigmen asesori dalam fotosintesis. Antosianin merupakan kelompok flavonoid berwarna yang melimpah jumlahnya dan paling banyak memberikan warna merah, merah muda, ungu, dan biru pada bunga, buah dan daun. Dua kelompok lain turunan flavonoid yang ditemukan pada bunga adalah flavon dan flavonol yang mampu menyerap cahaya bergelombang lebih pendek dibandingkan antosianin, sehingga tidak terlihat oleh mata manusia. Lebah sebagai serangga penyerbuk atau polinator mampu merespon flavon dan flavonol sebagai isyarat atraktan visual. Selain kandungan antosianin, buah muda berwarna hijau dan berubah menjadi merah saat matang fisiologis terjadi karena adanya etilen yang bertanggung jawab saat terjadi pematangan buah secara alami (srn).