Fenomena anak-anak dan orang dewasa membawa sweep net atau jaring penangkap kupu-kupu merupakan pemandangan lumrah di daerah sekitar Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Hamparan indah hutan hujan tropis merupakan saksi bisu kedatangan Alfred Russell Wallace, seorang naturalis kebangsaan Inggris pada tahun 1857. Wallace adalah penulis buku The Malay Archipelago yang mengulik perjalanan eksplorasinya pada tahun 1854 sampai dengan 1862 di Malaysia, Singapura, Indonesia dan Papua Nugini. Wallace menjadi saksi mata keindahan kupu-kupu yang beterbangan di sekitar air terjun Bantimurung. Sang naturalis berkebangsaan Inggris telah memberikan julukan The Kingdom of Butterfly untuk Bantimurung yang tercatat sampai hari ini. Di dalam perjalanannya, Wallace menemukan kurang lebih 270 jenis kupu-kupu yang berada di tempat itu. Saat ini Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang terkenal dengan keindahan pegunungan karstnya telah sukses mengantongi beberapa gelar yaitu: ASEAN Heritage Park, Situs Warisan Dunia UNESCO dan Geopark Maros – Pangkep.

The Kingdom of Butterfly diberikan oleh Wallace karena takjub melihat awan kupu-kupu warna warni berada di sekitar air terjun. Hal ini menjadi gambaran bahwa populasi kupu-kupu begitu melimpah dan menimbulkan keindahan. Terjadi degradasi jenis dan jumlah kupu-kupu di kawasan Bantimurung Kabupaten Maros Sulawesi Selatan dengan berbagai penyebab berkaitan dengan budaya dan lingkungan. Hasil survei Mattimu dkk. di tahun 1977 melaporkan sekitar 108 jenis kupu-kupu yang diperoleh di Bantimurung. Berdasarkan pemaparan Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, saat ini terdapat sekitar 252 jenis kupu-kupu dengan rincian: 23 jenis kupu-kupu dari famili Hesperiidae, 139 jenis Papilio dan 70 jenis ngengat. Sekitar 20 jenis kupu-kupu masih dalam status ‘unidentified’. Kupu-kupu dan ngengat berasal dari ordo yang sama yaitu Lepidoptera. Selain ditandai oleh perbedaan ciri fisik yang jelas, kedua jenis serangga ini tidak sama waktu aktifnya. Kebanyakan pradewasa ngengat menjadi hama perusak pada tanaman pertanian yang berada di lapangan dan penyimpanan.
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung merupakan habitat alami yang ideal tempat berkembang biaknya kupu-kupu. Kehadiran air terjun dengan danau Kassi Kebo yang berpasir di bagian tepi sebagai tempat ‘puddling’ kupu-kupu merupakan bentang alam indah anugerah Tuhan yang Maha Esa. Berdasarkan kepada Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, terdapat empat jenis kupu-kupu yang dilindungi di daerah konservasi Bantimurung yaitu: Troides hypholitus, Troides helena, Troides haliphron dan Cethosia myrina (kupu-kupu sayap renda). Merujuk kepada PermenLHK Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, saat ini terdapat lima jenis kupu-kupu dilindungi di daerah tersebut yaitu: Troides haliphron, Troides helena, Troides hypholitus, Cethosia myrina dan Troides oblongomaculatus sebagai pendatang baru. Ulat Troides spp. famili Papilionidae hanya makan daun sirih hutan Aristolochia tagala dan tidak makan daun tumbuhan lainnya. Sirih hutan ini berasa sangat pahit sehingga terserap oleh kulit ulat kupu-kupu Troides yang memakannya. Hal ini sangat bermanfaat sebagai bahan perlindungan diri.

Pertanyaan yang timbul adalah: mengapa terjadi penurunan jumlah jenis kupu-kupu secara besar-besaran di daerah Bantimurung dan apa faktor penyebabnya. Bagaimana cara penanggulangannya supaya keanekaragaman hayati kupu-kupu tetap lestari di tempat itu. Kupu-kupu adalah serangga liar yang ‘kurang senang’ berinteraksi dengan manusia sehingga lebih sering bersembunyi di hutan. Di habitat alaminya, kupu-kupu mempunyai ritual spesifik yang dimanfaatkan secara cerdik oleh penangkap kupu-kupu. Saat senja, kupu-kupu dan kawanannya mencari tempat beristirahat di hutan. Keesokan hari saat mentari terbit, kupu-kupu bergerak keluar dari hutan menuju ke sumber air untuk melakukan perkawinan dan menyerap mineral. Di daerah Bantimurung, tepian air terjun menjadi tempat kedatangan kupu-kupu. Rute yang sama dijalani kembali saat pulang ke hutan. Lintasan ini memudahkan pemburu kupu-kupu menangkap buruannya. Tanpa bersusah payah para pemburu menyiapkan jaring besar dan menunggu kedatangan kupu-kupu yang turun gunung. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya pakan kupu-kupu karena alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Insting kupu-kupu yang merasa terancam kehidupannya segera berpindah ke daerah baru yang lebih jauh. Walaupun ada aturan dilarang menangkap kupu-kupu namun tuntutan ‘kampung tengah’ manusia selalu bertolak belakang dengan konservasi.

Konservasi kupu-kupu Bantimurung merupakan masalah kompleks karena berbenturan dengan kepentingan manusia meningkatkan pendapatan keluarga. Kupu-kupu ditangkap dari alam, diperdagangkan secara komersil sehingga populasinya menurun tanpa ada upaya penangkaran. Sebelum menangkar kupu-kupu perlu diketahui dahulu jenis tumbuhan yang dimakan oleh ulat kupu-kupu itu. Setiap kupu-kupu mempunyai tumbuhan tertentu yang dimakan daunnya. Tentu saja ulat kupu-kupu dapat membedakan secara cepat daun yang menjadi makanannya karena struktur daun dan aroma kimiawinya berbeda. Saat ini telah dikembangkan pakan buatan untuk ulat kupu-kupu Troides helena dan Penulis telah mendapatkan Paten Sederhana pada bulan Juni 2024. Formulasi pakan buatan tersebut bertujuan menyediakan sumber pakan ulat kupu-kupu karena terjadinya degradasi habitat akibat alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Tumbuhan sumber pakan ulat kupu-kupu telah hilang sehingga kupu-kupu harus mencari ke tempat lain. Kualitas nutrisi tumbuhan pakan juga berbeda saat musim hujan dan kemarau. Saat musim kemarau yang kekurangan air menyebabkan daun tumbuhan kering sehingga ulat tumbuh tidak maksimal dan berdampak cacat saat menetas menjadi kupu-kupu. Struktur permukaan pakan buatan dan kandungan nutrisinya pasti berbeda dari pakan alami berasal dari daun. Adaptasi ulat terhadap pakan buatan juga membutuhkan waktu karena ulat harus belajar mengkonsumsi sesuatu yang baru. Seringkali ulat mengalami diare mengakibatkan kematian karena ketidakcocokan material yang digunakan dengan pencernaan serangga. Itulah pentingnya inovasi karena temuan sebelumnya harus dilakukan penyempurnaan untuk memeroleh hasil terbaik di masa yang akan datang.

Jika dilihat secara bijaksana, penangkaran kupu-kupu memberikan kontribusi sangat besar untuk peningkatan taraf hidup masyarakat. Secara jangka panjang, pendapatan keluarga terjamin dan tidak merusak sumber daya alam. Sebagai ilustrasi, masyarakat menanam aneka jeruk yang daunnya dimakan oleh Lime Butterfly (Papilio demoleus) dan Papilio demolion yang sayapnya bermotif cantik. Bibit tanaman jeruk atau sirsak yang ditujukan untuk konservasi kupu-kupu dapat disediakan oleh instansi terkait. Selain memelihara populasi kupu-kupu, pemilik jeruk dapat memanen buah itu karena bunganya dibantu kupu-kupu saat penyerbukan. Hasil panen jeruk dan kupu-kupu awetan berasal dari penangkaran (diberikan cap spesifik oleh pembuatnya) dapat dijual ke tempat wisata tanpa takut melanggar Undang-Undang yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Selain memelihara tumbuhan untuk pakan ulat, pekarangan rumah dapat diperindah dengan aneka bebungaan tropis warna warni yang selalu mekar yaitu: asoka, kembang pagoda, marigold, dahlia dan lain-lain. Kolaborasi ini membawa manfaat jangka panjang untuk menunjang konservasi sekaligus kehidupan masyarakat khususnya di Bantimurung dan sekitarnya. Tahap awal yang harus dilakukan dalam upaya konservasi kupu-kupu adalah inventarisasi jenis kupu-kupu yang berada di suatu daerah. Kupu-kupu adalah serangga yang sangat mobile sehingga harus sangat berhati-hati untuk mencegah terjadi kerusakan sayap saat dilakukan inventarisasi dan identifikasi jenisnya. Di dalam menunjang keperluan identifikasi cukup diambil 2 – 3 ekor sampel kupu-kupu yang ditangakp memakai jaring serangga, diberikan penanda tertentu dan di lepas ke alam. Di dalam jangka waktu tertentu dilakukan penangkapan kembali untuk melihat apakan individu yang telah diberikan tanda tertangkap kembali atau tidak. Kupu-kupu yang dibawa dari daerah luar untuk menambah kekayaan jenis di taman kupu-kupu harus diisolasi dan diberikan perlakuan khusus sebelum dilepas ke habitat tertentu. Hal ini untuk menjaga menularnya suatu jenis penyakit berbahaya dan kemurnian jenis kupu-kupu yang berada di daerah tersebut (srn).