Setiap orang dilahirkan unik dengan blue print-nya masing-masing sebagai perwujudan kasih sayang dari Allah Subhana Wa Ta’ala. Salah satu contoh nyata dalam kehidupan, walaupun kembar identik, finger printing atau sidik jari saudara kembar pasti berbeda satu dengan lainnya. Begitupun dengan personal branding berliterasi. Semua orang mempunyai hak untuk muncul ke panggung literasi tertentu dan menyatakan bahwa inilah aku dan karyaku.
Menorehkan personal branding dapat dilakukan tanpa mengenal jeda. Syarat utama dalam mendongkrak personal branding adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan hobi, bukan karena paksaan atau ikut-ikutan tren yang telah diciptakan oleh orang lain. Personal branding yang tercipta dari hobi menulis tidak akan lekang dimakan waktu. Bagaikan mata pisau yang terus di asah, bakat itu terus melaju dengan berbagai ide cemerlang dan melambungkan nama si pemilik ke ranah yang lebih professional. Jika tidak di asah, bakat itu akan terkubur oleh waktu dan tidak membawa manfaat untuk sang empunya.
Bercerita tentang kuliner, saya senang berkunjung dan mencicipi kuliner khas di suatu daerah. Saya mempunyai beberapa akun aktif di media sosial dan sering saya gunakan sebagai kawah candradimuka untuk melatih kemampuan saya dalam menulis berbagai genre. Singkat cerita, saat menjelajah di Instagram, saya menemukan flyer Sayembara Menulis yang diadakan oleh Kareba Kompasiana Makassar. Tema yang diangkat adalah makanan tradisional Sulawesi Selatan sebagai identitas budaya. Selama ini saya hanyalah seorang ahli serangga di lahan sawah yang hobi menulis dan menggambar. Saya bukanlah seorang budayawan dan sastrawan yang bakal ikut sayembara dan menuliskan diksi berdasarkan bidang ilmu tersebut.
Saya memutuskan ikut lomba itu dan menyajikan satu tulisan tentang kuliner yang saya pahami benar seluk beluknya. Kapurung yang menjadi kuliner khas Sulawesi Selatan adalah isi dari tulisan saya, mulai dari sejarahnya dan bagaimana perkembangannya di dalam menunjukkan identitas budaya masyarakat di tanah rantau. Kuliner berbahan dasar sagu yang dimasak mirip dengan papeda memang menimbulkan rasa rindu dan berpotensi sebagai perekat silaturrahim dengan perantau lainnya yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Selain rutin melakukan olah raga, saat ini masyarakat Indonesia sangat menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan sehat untuk tetap menjaga kebugaran. Kebutuhan dalam mengkonsumsi makanan sehat supaya badan memperoleh nutrisi yang dibutuhkan tercermin dalam kutipan kalimat dalam artikel yang telah saya publikasikan di Kompasiana: kapurung atau pugalu sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi orang yang sedang diet karbohidrat. Selain sagu dan ikan, bahan campuran kapurung lainnya adalah sayuran kaya serat yang sangat baik untuk kesehatan pencernaan. Kapurung yang berbahan dasar sagu dapat menjadi makanan pengganti beras putih yang diketahui mempunyai nilai indeks glikemik cukup tinggi dan kurang baik untuk penderita diabetes melitus.
Rawannya penyakit diabetes melitus yang melanda masyarakat Indonesia menjadikan kapurung dapat menjadi alternatif menekan penyakit tersebut. Karbohidrat yang terdapat dalam kapurung berasal dari tepung sagu atau tawaro. Selain itu, kapurung juga kaya nutrisi berasal dari aneka rupa sayur dan boga bahari (udang, ikan) yang digunakan sebagai campurannya. Tulisan tentang kapurung saya buat dengan sepenuh hati dan tetap memperhatikan secara detil instruksi yang diinginkan oleh penyelenggara. Salah satu ilmu yang saya peroleh dari Prof. Imam Robandi adalah menghasilkan tulisan orijinal yang merupakan buah pikiran sendiri. Prof. Imam Robandi selalu mengingatkan untuk melampirkan dokumentasi hasil karya sendiri dan bukan copy paste gambar dari Google. Saya mempunyai dokumentasi update tentang kapurung udang untuk melengkapi tulisan itu. Walaupun menggunakan kamera ponsel, saya merasa cukuplah foto itu menggambarkan tentang performa kapurung yang menjadi inti tulisan tersebut. Selama proses menulis, saya hanya memikirkan tulisan itu akan dipublikasikan dan membawa manfaat untuk Pembaca. Saya mengabaikan hadiah yang ditawarkan oleh panitia. Jika tulisan itu menang, alhamdulillah pasti menambah rasa percaya diri saya menghasilkan tulisan high quality yang dapat mengedukasi masyarakat. Dengan mengucapkan Bismillah, saya memosting tulisan itu di Kompasiana yang menjadi syarat publikasinya.
Tanpa saya duga, tanggal 2 Oktober 2023 saya mendapat kabar baik bahwa tulisan saya menjadi juara. Saya sangat gembira dan bahagia menerima kabar baik itu. Setelah mengikuti sayembara menulis bertema kuliner sebagai identitas budaya, saya benar-benar mendapatkan banyak sekali pengalaman dalam meningkatkan kualitas tulisan. Beberapa tips yang dapat saya bagikan disini adalah: 1) Penulis harus menyajikan tulisan yang memuat informasi akurat disertai dengan dokumentasi pendukung; 2) tulisan harus mengulas secara jelas dan runtut berdasarkan tema yang diinginkan; 3) hindari typo atau salah ketik; 4) jika mengutip kalimat, cantumkan link sumbernya dengan benar; 5) perhatikan teknis penulisan yang diinginkan (spasi, font huruf, tipe huruf, margin); dan 6) perhatikan jumlah kata yang menjadi syarat tulisan yang akan diikutkan dalam event tersebut.
Jangan pernah ragu untuk memulai. Jika menemukan kegagalan, anggaplah hal itu menjadi bagian dari proses dalam menghasilkan tulisan berkualitas (srn).