Waktu yang terus berjalan bagaikan anak panah yang meluncur meninggalkan busurnya. Demikian pula menulis artikel, membutuhkan waktu dan disiplin penuh untuk mengerjakannya. Di dalam mengelola suatu professional website, secara ideal harus selalu terisi dengan tulisan yang update dan membawa banyak manfaat untuk Pembaca. Kemampuan dan kecepatan seorang Penulis dalam menuangkan ide briliannya pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Seorang Penulis handal adalah mereka yang berhasil menerobos tantangan dan mengefektifkan time menagement untuk menunjukkan eksistensinya di dalam dunia literasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan era digital telah berkontribusi sangat besar meningkatkan pencapaian seseorang dalam bidang yang ditekuninya. Jika ditelusuri secara lebih mendalam, seorang Penulis harus berjuang keras menghasilkan karya bermutu yang dapat dinikmati oleh masyarakat di berbagai level.
Umumnya di dalam menulis cerita diperlukan sebuah ide. Sumber ide untuk menuliskan suatu cerita berasal dari pengalaman sehari-hari, berdasarkan pengalaman tetangga/orang lain atau kejadian menarik lainnya di sekeliling sang Penulis. Keunggulan seorang Penulis dapat dilihat dari kelihaiannya menyulap sebuah ide sederhana menjadi cerita yang memikat dan membuat penasaran pembacanya. Setelah mendapat ide, mulailah perjalanan rangkaian kata dituliskan menjadi paragraf yang terus bertumbuh menjadi beberapa chapter. Hasil akhir dari perjuangan merangkai kata demi kata adalah sebuah naskah yang siap untuk diterbitkan.
Jika Pembaca jeli mengamati, di halaman depan yang memuat identitas buku dan cover belakangnya terdapat ISBN (International Standard Book Number) yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional. ISBN dapat berupa barcode atau jejeran angka tertentu. Secara umum ISBN dimaknai sebagai deretan angka khusus yang diberikan untuk publikasi sebuah buku. Secara sekilas ISBN mirip dengan QRCBN karena deretan angka unik tersebut isinya adalah: identitas buku (judul buku, nama penulis, nama penerbit dan tahun terbit buku). Merujuk kepada Selfietera (2023) yang menyatakan bahwa sebelum tahun 2007, secara umum ISBN hanya terdiri dari 10 digit. Setelah tahun 2007, berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2007 tentang Sistem Perbukuan menjelaskan bahwa setiap Penerbit wajib mencantumkan International Standar Book Number atau ISBN yang terdiri dari 13 digit. ISBN diberikan oleh Badan Internasional yang berkedudukan di London, Inggris. Peredaran ISBN di di Indonesia diatur oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai Badan Nasional Pengelola ISBN. Lembaga negara ini mempunyai wewenang memberikan ISBN kepada Penerbit yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia. ISBN mempunyai persyaratan yang cukup panjang dan memakan waktu menunggu terbitnya. Hal ini menjadi salah satu kendala untuk Penulis yang ingin segera menerbitkan bukunya. Namun demikian, saat ini Penulis dimudahkan dengan adanya QRCBN (Quick Response Code Book Number) sebagai alternatif pengganti ISBN. Opsi ini disambut hangat oleh Penulis di Indonesia karena mengurangi waktu tunggu penerbitan buku.
Bulan Maret di tahun 2023 merupakan awal perkenalan saya dengan QRCBN karena keikutsertaan mengikuti beberapa lomba menulis cerita pendek dan puisi secara online di Instagram. Waktu yang sangat terbatas untuk menerbitkan buku membuat pelaksana event memilih menggunakan QRCBN daripada ISBN. Seperti layaknya ISBN, setiap buku yang terbit mempunyai nomor identifikasi atau QRCBN yang berbeda. QRCBN merupakan suatu aplikasi identifikasi buku dengan menggunakan teknologi terbaru QR code. Hasil scan atau pindai pada kumpulan kotak abstrak tidak teratur berwarna hitam dan putih menampilkan lebih banyak informasi tentang buku yang telah diterbitkan. Selain menggunakan fasilitas pindai di ponsel, mengecek QRCBN secara manual dapat dilakukan melalui website resmi QRCBN. Caranya sangat mudah, cukup memasukkan deretan angka untuk menelusuri identitas buku yang telah diterbitkan. Selfietera (2023) juga menuliskan beberapa kelebihan QRCBN yaitu: QRCBN berlaku secara internasional, layanan pengurusan QRCBN bebas biaya alias gratis; QR Code berisi informasi mendetail tentang buku yang terbit; penggunaannya mudah, cepat, dapat digunakan kapan pun dan dimana pun.
Saya sempat merasa deg-degan saat menerima kabar dari penyelenggara event bahwa buku Antologi Cerpen atau puisi yang akan memuat nama saya bakal diterbitkan dengan memakai QRCBN dan bukan ISBN. Setelah tukar pikiran dengan pihak Penerbit, ternyata diperlukan berbagai syarat untuk kelengkapan dokumen. Selain tersedianya dokumen, proses pengurusan ISBN juga memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan QRCBN. Padahal Penerbit telah mempunyai time schedule untuk event selanjutnya sehingga buku hasil karya peserta lomba harus segera diterbitkan sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan sebelumnya. Kabar baiknya, buku yang menggunakan ISBN atau QRCBN tetap legal untuk diperjualbelikan secara umum. Saya merasa sangat lega dengan penjelasan admin Penerbit itu.
Hal ini merupakan informasi yang sangat melegakan hati karena banyaknya peristiwa pembajakan buku yang sangat merugikan Penulis dan Penerbit yang diberikan hak penuh mengelola distribusi bahan bacaan itu. Pembajakan buku merupakan perilaku yang sangat tercela dan tidak menghargai kreativitas seseorang dalam menghasilkan karya. Membeli buku ilmiah atau fiksi seseorang secara legal merupakan bentuk apresiasi kerja keras Penulis dan hasil karyanya itu.
Bahan Rujukan
Selfietera (2023). Perbedaan ISBN dan QRCBN. Diakses dari https://selfietera.id/informasi/detail_berita/perbedaan-isbn-dan-qrcbn