Menyeruput teh hangat saat cuaca dingin begitu menggelorakan semangat di dalam dada. Terasa sangat luar biasa cairan ajaib berwarna coklat kehitaman ini mengalir membasahi kerongkongan yang beku. Berdasarkan catatan sejarah, budaya minum teh sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu di zaman kekaisaran Jepang, Cina dan berbagai negara Eropa lainnya. Selama ini minuman teh yang telah mendunia dan menyejukkan hati berasal dari tumbuhan bernama Camelia chinensis. Ini adalah tumbuhan semak yang daunnya berbau sedap saat diseduh dengan air panas. Ada juga yang memasaknya dalam panci sehingga menebarkan aroma harum ke delapan penjuru mata angin. Umumnya tanaman teh tumbuh dengan baik di daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk. Suhu rendah menyuburkan pertumbuhan tunas tanaman yang menjadi tulang punggung tersedianya minuman berkualitas ini. Terkait dengan tanaman teh, Sulawesi Selatan juga mempunyai daerah wisata kebun teh peninggalan kolonial Belanda yang berada di daerah Malino Highland, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Malino Highland panoramanya sangat indah berupa hamparan kebun teh dilihat dari ketinggian. Daerah ini terasa sejuk dengan hembusan angin dingin yang menusuk tulang. Selain teh, daerah dataran tinggi ini telah menjadi sentra penghasil sayuran yang produknya banyak di ekspor ke pulau lain yang berada di luar Sulawesi.
Bulan Juni tahun 2015, saat itu summer season di negeri Belanda. Saya berkesempatan berkunjung ke negeri Kincir Angin itu karena mendapatkan beasiswa Netherlands Fellowship Program (NFP) untuk mengikuti International Course IPM and Food Safety di Wageningen University and Research (WUR) selama 3 minggu. Hari pertama breakfast di restoran hotel De Bilderberg Oosterbeek, saya bertemu dengan si Pickwick yang kaya rasa. Kenangan manis akan keindahan rasa Pickwick saat membasahi tenggorokan terus menempel sampai saya memutuskan membawanya dalam perjalanan saya menuju kampung halaman di Makassar. Teh celup made in Holland ini tersedia dalam beberapa varian berupa teh aroma kayu manis, tropical fruit, English tea original dan Earl Grey. Rasanya cenderung mild, tetap enak disajikan panas maupun dingin. Saat pertama meminumnya, saya agak kaget karena rasanya tidak sepahit teh hitam di Indonesia. I think this product has a big secret because the mild taste indicating they are less caffeine or new innovation in production? Overall, I am falling love to Pickwick, although I don’t know more about the product. Bulan Februari tahun 2016, saya kembali mengunjungi WUR. Kesempatan emas itu tidak saya sia-siakan untuk menikmati setiap saat indahnya rasa Pickwick yang disediakan oleh Hof van Wageningen, tempat saya menginap selama berada di Wageningen. Jenis teh lainnya yang pernah menemani perjalanan saya di kampuang nan jauh di mato adalah Lipton Tea yang bungkusnya berwarna kuning. Minuman penghangat tubuh ini sangat terkenal dan secara rutin menemani hari-hari saya selama melaksanakan studi di University of Queenslad Brisbane Australia dan University of Colorado Denver, Amerika Serikat. Pssstttt… jangan salah mengartikan, artikel ini bukan untuk promosi merk teh tertentu ya. Saya menulis artikel ini karena merasa sangat bahagia berkesempatan icip-icip keindahan rasa teh di tiga negara dan benua yang berbeda. Apapun namanya, so many memories still in my mind about the beautiful tea taste.
Sambil menikmati secangkir teh hangat di dapur, saya memandang ke dalam lemari kaca pemberian Hj. Djawahirah Hafied, almarhumah ibu mertua. Sebuah kotak bekas teh Londo milik saya meramaikan jejeran cangkir, teko dan piranti makan lainnya. Di dalam kotak mungil berisi puluhan bungkus teh kenangan yang saya simpan selama kunjungan singkat menimba ilmu di Belanda. Satu bungkus tunggal berisi sebuah teh celup yang siap berenang di dalam cangkir dan membagi kebahagiaan untuk para penikmatnya. Walaupun hanya kertas bekas pembungkus teh, rasanya hatiku sangat berat membuang bungkus berwarna warni indah dan menyimpan banyak sekali kenangan. Mungkin saya terlalu sentimentil dan terasa sangat kekanak-kanakan membawa pulang ke rumah koleksi pembungkus teh bekas made in Holland. Saya menyimpan kotak berisi bungkus teh itu ke dalam sebuah lemari di dapur supaya saya dapat memandangnya setiap saat. I just thinking, this is silent witness of my journey to the Netherlands, and I love them much.
Sambil memandang kotak kosong teh made in Londo, saya mengingat kembali Sensei kebanggaan santri IRo Society, Prof. Imam Robandi. Sosok seorang mahaguru bersuara bariton nan merdu. Seorang figur pendidik multitalenta yang tidak kenal lelah mendampingi dan mengobarkan semangat para IRoTizen. Beliau selalu mengatakan bahwa durian harganya mahal namun tidak semua bagian dapat dimakan. Saya menganalogikan kalimat di atas dengan minum teh. Air seduhannya sangat kaya cita rasa, dinikmati dengan mata merem melek sambil mengunyah jajanan pasar. Ampas teh yang tidak dapat dimakan penuh dengan kandungan karbon organik, magnesium dan kalsium. Semua komponen ini menjelma menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Masa pandemi Covid-19 telah sukses membolak balik kehidupan di seluruh dunia. Keberadaan Covid-19 membuat hati selalu dipenuh rasa ketakutan, tidak percaya dan pesimis. Semua kendala ini harus dihadapi dengan senyum dan pikiran positif untuk menghasilkan karya yang selalu menebar manfaat. Kehidupan yang dijalani, pahit atau manis harus selalu dinikmati dengan penuh rasa syukur kepada Allah Subhana Wa Ta’ala, sang pencipta alam semesta. Bagaikan sajian secangkir teh lezat yang ampasnya tidak perlu kita makan namun bermanfaat untuk tanaman (srn).