Si Cantik Bakung Centong

Suasana di akhir bulan Juni tahun 2023. Matahari musim kemarau membagikan cahayanya yang terasa pedih membakar kulit, terasa nyaris sampai ke dalam tulang. Hal ini adalah suasana yang lazim ditemukan di kota Makassar saat musim kemarau. Saya menduga cuaca kota Makassar yang semakin panas dari hari ke hari ada hubungannya dengan pemanasan global yang menjadi momok mengerikan di seluruh dunia. Destinasi wisata yang mempunyai julukan kota Anging Mammiri  merupakan kota terbesar di kawasan timur Indonesia. Di dalam catatan sejarah tertulis bahwa bahwa Pulau Sulawesi atau Celebes merupakan salah satu  titik destinasi Alfred Russell Wallace ratusan tahun yang lalu. Hal ini tertuang di dalam buku The Malay Archipelago yang merupakan catatan otentik tentang perjalanannya saat itu.

Saat jelang sore, saya berjalan ke pekarangan dan mengambil beberapa gambar pot tanaman warisan Hj. Djawahirah Hafied, almarhumah ibu mertuaku sebelum beliau pindah rumah ke Minasa Upa. Matahari masih tetap bersinar terik nan menyayat kulitku saat aku mengingat aktivitas almarhumah ibu mertuaku menyiram tanamannya setiap pagi dan sore hari. Aku menilik satu persatu tanaman yang tumbuh di dalam pot warisan almarhumah. Alangkah bahagianya hatiku saat kutemukan bunga bakung centong (Eucharis sp.). Ingatanku melayang jauh saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tanaman cantik ini banyak sekali berjejer dalam pot bunga yang berada di halaman rumah orang tuaku maupun di sekolah tempatku belajar. Saya teringat Ibuku suka naik pitam karena daun tanamannya kupetik dan dijadikan bahan untuk bermain masak-masakan. Ibuku adalah penggemar tanaman hias. Pekarangan kami penuh dengan aneka bebungaan yang keindahannya menyejukkan mata. Selain bunga anggrek, Ibuku sangat menyukai bunga bakung centong karena mudah tumbuh, tanamannya dapat bertahan lama, perawatannya mudah dan paling penting bunganya cantik. Indahnya warna-warni bebungaan dapat menenangkan jiwa yang letih karena aktivitas yang tiada habisnya.

Sri Nur Aminah (2023)

Sebelum mengenal Mbah Google, saya menahu bunga ini namanya bakung. Setelah sekian lama belajar ilmu botani, akhirnya saya mengerti bahwa bunga cantik ini bernama bakung centong dan masih berkerabat dengan bawang yang menjadi penghuni setia dapur kita. Saya belum menemukan alasan kenapa ada kata ‘centong’ mengikut di belakang nama bunga bakung itu. Umumnya bunga bakung berwarna putih dan mengeluarkan bau harum membelai jiwa. Bunga yang berasal dari famili Liliaaceae ini dapat bertahan hidup karena adanya umbi. Kini saya menahu bahwa ada saat tertentu pot tanaman ini hanya menunjukkan hamparan tanah kosong, tanpa tanda kehidupan di atasnya. Tetapi jangan salah, tanaman ini tidak mati. Di dalam tanah justru terjadi aktivitas luar biasa. Umbi bakung centong tetap hidup dan menyerap air sekaligus nutrisi dari lingkungan sekitarnya untuk membuat satu gebrakan dahsyat. Saat tiba waktunya, sang umbi mempersembahkan bunga putih cantik mempesona nan semerbak baunya.

Sri Nur Aminah (2023)

Saat ini bunga bakung centong  leluasa memamerkan keindahannya setelah tidur pulas beberapa waktu lamanya. Tanpa saya sadari, pekarangan rumah saya terasa semakin meriah dengan mekarnya bunga bakung centong. Perlu disadari bahwa setiap tumbuhan mempunyai keunikan masing-masing dan terdeteksi oleh adanya rasa bersyukur sang pemilik dengan keindahan itu. Bunga bakung centong telah memenuhi panggilan alam untuk menyenangkan hati majikannya dan meyakinkan bahwa keadaannya baik-baik saja.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *