Setiap vegetasi yang hidup di muka bumi mempunyai manfaat untuk lingkungan, sekecil apapun bentuknya. Namun demikian, manfaat yang dipunyai oleh tumbuhan unidentified seringkali tersembunyi dari pandangan mata manusia. Hal inilah menimbulkan stigma masyarakat bahwa beberapa jenis tumbuhan dianggap sebagai pengganggu saat tumbuh di lahan berisi tanaman budidaya. Inilah asal muasal dikenal istilah tumbuhan pengganggu atau kerap disebut sebagai gulma. Secara teoritis gulma mempunyai beberapa definisi yaitu: 1) tumbuhan yang belum diketahui manfaat atau kegunaannya; 2) tumbuhan yang tidak tumbuh pada tempatnya; 3) tumbuhan yang mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya. Poin ketiga memang membahayakan kehidupan tanaman milik petani karena gulma mempunyai kemampuan tumbuh lebih cepat daripada tanaman budidaya. Pertumbuhan gulma yang eksplosif menyebabkan tumbuhan ini mampu menguasai ruang untuk mendapatkan cahaya matahari, menembus tanah dengan perakaran dalam bertujuan menyerap nutrisi dari tanah. Di dalam beberapa kasus, terdapat jenis gulma tertentu bersifat sebagai invasive species yang merugikan di tempat tumbuhnya. Contohnya adalah the Giant Mimosa (Mimosa pigra) atau putri malu raksasa. Tumbuhan yang masuk dari Amerika Selatan ke Indonesia terus bertumbuh pesat, Keberadaannya telah membahayakan manusia dan hewan ternak yang berada di sekitarnya. Gulma invasive lainnya yang cukup berbahaya adalah eceng gondok berpotensi mendangkalkan perairan dan mematikan biota bermanfaat yang berada di dalamnya.

(Sri Nur Aminah, 2020)
Terkait dengan manfaat yang dimilikinya, ternyata gulma penghasil bunga mempunyai potensi menghasilkan nektar dan tepung sari (pollen) https://en.wikipedia.org/wiki/Pollen Keberadaan pollen dapat dimanfaatkan oleh serangga penyerbuk atau polinator menunjang kehidupannya. Kelompok serangga penyerbuk menyediakan jasa melakukan penyerbukan pada bunga tumbuhan secara gratis. Nektar yang diperoleh mengandung banyak glukosa yang bermanfaat sebagai sumber energi. Hasil penelitian Aminah et al. (2020) di pertanaman jagung pulut di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa serangga penyerbuk yang sering ditemukan di habitat tersebut berasal dari kelompok kupu-kupu dan lebah. Secara umum bunga jantan tanaman jagung menghasilkan lebih banyak pollen yang mudah terbawa angin dibandingkan dengan nektar. Hasil penelitian Effendi et al. (2018) melaporkan bahwa, selain serangga penyerbuk maka kumbang koksi Coccinella transversalis merupakan salah satu serangga predator yang banyak ditemukan mengonsumsi pollen berasal dari bunga jagung. Penemuan Hofmann et al. (2014) melaporkan bahwa pollen jagung merupakan sekumpulan massa mengandung butiran genetik ringan dan sangat mudah diterbangkan angin. Pollen jagung mengandung beberapa macam asam amino bebas yaitu: asam aspartat, isoleusin, leusin, fenil alanin, etanol alanin, α-asam aminobutirat, NH3 dan lisin. Hocherl et al. (2011) melaporkan bahwa pollen jagung merupakan sumber makanan sekunder penghasil protein dan asam amino esensil. Nektar yang dihasilkan dari bunga tanaman jagung jumlahnya sangat sedikit dan mengandung asam amino histidin dalam konsentrasi rendah. Selain mendapatkan nektar dan pollen dalam skala terbatas dari tanaman jagung pulut memasuki fase generatif, serangga penyerbuk yang hidup di sekitar pertanaman jagung juga memperoleh keuntungan adanya sumber pakan tambahan yang dihasilkan oleh gulma berbunga. Tumbuhan liar atau gulma penghasil bunga yang tumbuh di sekitar lahan pertanaman jagung pulut sebagai penyedia pakan tambahan untuk serangga polinator adalah: Ageratum conyzoides, Galinsoga parviflora, Bidens pilosa dan lain-lain. Umumnya gulma berbunga ini menghasilkan bunga sepanjang tahun dan tidak mudah layu. Hasil penelitian Aminah et al. (2020) juga menemukan bahwa serangga penyerbuk yang dominan ditemukan di pertanaman jagung pulut adalah kupu-kupu Catopsilia scylla dari famili Pieridae. Serangga penyerbuk kelompok lebah yang dominan adalah Apis mellifera atau lebah madu. Gulma penghasil bunga yang berpotensi sebagai sumber nektar dan pollen untuk dimanfaatkan serangga penyerbuk di pertanaman jagung pulut adalah: krokot liar Portulaca oleracea, tembelekan Lantana camara dan Cleome rutidosperma. Ketiga jenis gulma ini merupakan sumber makanan yang potensil untuk serangga penyerbuk meningkatkan kebugarannya.
Alat mulut kupu-kupu dan lebah madu mempunyai perangkat khusus sehingga mampu mengisap nektar yang dihasilkan oleh tumbuhan. Selain nektar, lebah madu mempunyai kemampuan mengumpulkan pollen dan menampungnya di tungkai belakang yang mirip keranjang atau penampung pollen disebut sebagai corbiculum https://washingtonbumblebees.org/corbiculum-or-not/ Sejak lama hubungan ini menjadi simbiosis mutualisme karena serangga penyerbuk mendapatkan makanan sedangkan tumbuhan terbantu penyerbukannya untuk menghasilkan buah. Inilah keajaiban yang telah diciptakan Tuhan untuk diambil manfaatnya oleh manusia sebagai pengelola lingkungan. Suatu fenomena alam sangat unik karena lebah yang tidak berakal mampu memberikan layanan jasa penyerbuk tanpa henti kepada umat manusia. Ini adalah suatu hal yang menjadi pelajaran kehidupan sangat berharga dan harus selalu disyukuri keberadaannya (srn).
Maha besar Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dengan segala keunikannya. Terima kasih ilmu tentang manfaat gulma ya Bu Dutchies. Sehat selalu Amin