Sebagai seorang penulis, saya selalu mencari tantangan menulis gratis yang diberikan oleh penerbit buku yang bermarkas di platform Instagram. Menurut saya pribadi, banyak sekali manfaat yang diperoleh jika kita ikut tantangan menulis bersama yaitu: mendapatkan sertifikat gratis jika menulis sampai akhir, karya dibukukan dalam bentuk antologi, menaikkan personal branding karena banyak yang kenal melalui karya yang dihasilkan, menambah teman satu hobi, menajamkan kreativitas menulis, adopsi teknologi baru (menggambar pakai Canva, membuat gambar AI memakai program Bing) dan lain-lain. Setiap minggu ada saja penerbit membuat program menulis gratis dan mengundang peminatnya melalui flyer yang menyebar ke mana-mana.
Hari Sabtu tanggal 6 Juli 2024, adalah hari ke enam saya mengikuti tantangan nulis bareng alias nubar dari sobatnulis. Setiap hari semua peserta diminta menulis 20 kata tentang apa saja. Khusus hari ke 3, 6 dan 10 peserta nubar harus menulis berdasarkan tantangan yang diberikan oleh admin. Tanpa terasa waktu berjalan dan setiap hari saya menuliskan cerita bersambung dengan jumlah tidak lebih dari 2200 karakter. Tantangan menulis hari ke 6 ini membuat saya tersenyum karena harus membuat tulisan menggunakan kata: memelintir, tahi lalat, penari ular dan di keramaian. Bayangkan bagaimana sulitnya menyelesaikan misi rahasia membuat cerita dengan modal kata aneh yang tidak terkait satu sama lain. Perlu diingat bahwa santri Iro Society tidak boleh mundur dalam situasi apapun. Saya mencoba menulis dengan imajinasiku menyambung kata aneh itu.
Mole adalah seorang penari ular, tetangga Aini di Kampung Duri. Mole punya tahi lalat besar di hidungnya. Mole dan Belang, nama ular piaraannya telah capek menari di keramaian namun tidak ada penonton. Ini hari kedua Mole dan ularnya mengamen di sebuah jalan ramai dekat sawah namun hasilnya nihil.
“Belang, kita puasa lagi ya. Aku tidak punya uang pembeli ayam untukmu,” Mole berkeluh kesah pada Belang. Ular sawah itu diam menahan lapar di perutnya. Sebelumnya Belang makan seekor tikus got namun tidak mampu meredakan rasa laparnya yang membuat ubun-ubun serasa mau pecah.
Saat itu rombongan bebek Pak Mane menuju ke sawah yang baru dipanen. Lantaran lapar, Belang nekad mengejar rombongan bebek sampai kocar kacir. Lelaki tua yang menjadi tukang angon bebek Pak Mane menjadi sangat marah. Diambilnya sepotong kayu dan dipukulkan ke Belang. Hewan melata itu telah menggigit seekor bebek gemuk dan berusaha menelan bersama semua bulunya.
“Kamu harus ganti rugi karena ularmu makan bebek Pak Mane. Para bebek lainnya telah kabur ketakutan entah kemana. Gara-gara kamu berkuranglah waktu istirahatku. Sekarang aku harus mencari semua bebek yang hilang.”
“Mohon mengertilah, sudah dua hari kami mengamen dalam keadaan kelaparan,” rintih Mole.
“Itu kan masalah kalian. Sekarang kamu harus jual ularmu untuk membayar kepadaku uang pengganti bebek yang telah dimakannya.”
Mole tidak dapat membayangkan Belang dijual ke pasar hewan. Keesokan harinya Mole pergi mengamen di kampung lain. Dia menyamar jadi dukun dan menawarkan orang untuk memelintir tahi lalat miliknya. Setelah menggelar tikar, Mole mulai memanggil: “Bapak, Ibu dan saudaraku. Jika ingin terkabul keinginanmu, silahkan memelintir tahi lalat ajaibku setelah membayar 20 ribu rupiah per orang. Kalian boleh memelintirnya sekali dan besok pagi keinginan kalian pasti terkabul,” ucapnya penuh percaya diri. Mole berbisik pada Belang supaya berdoa semoga upaya ini dapat menghasilkan uang untuk dibelikan makanan. Orang berkerumun penuh rasa penasaran. Setelah membayar jumlah uang yang diminta, mereka berbaris dalam antrian panjang menunggu giliran memelintir tahi lalat Mole untuk mewujudkan keinginan terpendam. Perlahan tapi pasti kaleng tempat uang Mole dipenuhi lembaran rupiah. Dukun palsu itu membayangkan bakal makan enak bersama Belang. Sebelum pulang Mole membeli aneka makanan untuk dirinya. Si Belang mendapat hadiah lima ekor ayam gemuk. Mole tersenyum dalam hati, tampaknya hari ini begitu indah karena Belang dan dirinya dapat beristirahat dengan perut kenyang (srn).
Indah sekali Bu Chie. ❤️❤️❤️