Bunda Susiyati dan Cerita Pasar Kutu

Sebagai seorang traveler dadakan dan entomologist, saya sangat senang mengunjungi pasar tradisional jika berkesempatan melancong ke daerah di luar kota Makassar. Kondisi pasar menggambarkan realitas transaksi aliran dana dan peleburan budaya dari berbagai daerah di dalam satu tempat. Walaupun barang jualannya nyaris sama, daya tarik suatu pasar dan nama yang tertera sebagai penandanya memberikan kesan tersendiri untuk orang yang membacanya. Pagi di hari Rabu tanggal 3 Juli 2024, sekitar jam 08.24 wita, bunda Susiyati, sahabat saya dari IRo Society Samarinda menuliskan di grup WhatsApp IRo San Gumi Onlineclass tentang travelingnya ke Pasar Kutu Dukuh, Yogyakarta. Cerita bunda Susiyati yang tertata apik sukses menarik minat saya untuk re-post tulisan beliau ke website ini. Selain nama pasar sangat unik (karena mengandung kutu), saya juga terpesona membaca situasi pasar yang begitu nyata tergambar dalam benak saya. Saya merasa seakan berjalan bersama bunda Susiyati menyusuri berbagai tempat di dalam pasar. Saya segera meminta izin bunda Susiyati dan beliau mengiyakan dengan kalimat ‘sangat boleh bu Dutchies, silahkan. Terima kasih bu‘. Sambutan bunda Susiyati sangat ramah mengobarkan semangat saya untuk segera re-post cerita beliau di sini. Beliau juga meralat nama tempat itu yang sebelumnya tertulis Pasar Kutu Dukuh menjadi Pasar Kutu dengan bukti sebuah foto berisi tulisan di gapura pintu masuk pasar. Nama Dukuh adalah desa yang berada di dekat pasar itu.

Pasar Kutu Yogyakarta (Susiyati, Juli 2024)

Cerita bunda Susiyati diawali dengan kalimat manis: Pagi hari Rabu, tanggal 3 Juli 2024 saya ditemani suami jalan-jalan menyusuri jalan Sinom Ngemplak Karangjati, Mlati Sleman Yogyakarta, tempat kami berkumpul se keluarga. Dari jalan Sinom ke arah kanan jalan Gotong-Royong terus menuju ke selokan Mataram dan mampir ke Pasar Kutu. Lokasi pasar ini berada paling dekat dari rumah kami, hanya perlu waktu 3 menit jika naik kendaraan. Saya sering ke pasar ini, hampir setiap hari jika sedang di Yogyakarta. Selain dekat, harganya juga relatif murah. Semua kebutuhan rumah tangga tersedia di sini.

Saya membayangkan diri saya berjalan menyusuri kota Yogyakarta yang terkenal dengan keindahan tradisi leluhurnya. Yogyakarta adalah kota pelajar yang selalu menimbulkan rasa rindu untuk dikunjungi kembali. Selanjutnya di paragraf berikutnya bunda Susiyati menulis:

Pasar Kutu menjual aneka keperluan yang kita butuhkan. Ada jajanan pasar antara lain: jadah goreng, wajik merah, wajik hijau, arem-arem, lemper, aneka gorengan, getuk, tiwul, apem, lapis, dodol, kacang goreng, krupuk, rengginang, peyek dan lainnya. Penjual aneka sayuran sawi hijau, sawi putih, kubis (kol), kubis criwis, kacang panjang, kangkung cabut, kangkung potong, daun pepaya, bunga pepaya, labu putih (jipang), tomat, terong ungu, terong hijau, jamur, wortel, kentang, jagung muda, jagung manis, daun sop-daun bawang (loncang sledri), kelapa parut, kelapa biji, air kelapa, tempe bungkus daun, tempe bungkus plastik, tahu putih, tahu kuning, tahu kering, tahu setengah matang, tahu asin, tahu bunting dan lain-lain. Ada pula penjual aneka bumbu, bawang merah-putih, cabe hijau, cabe merah, cape keriting, cabe rawit kecil, cabe rawit besar, bumbu rempah-rempah dan lain-lain. Ada aneka lauk pauk matang maupun mentah antara lain udang, cumi-cumi (bukan cuma-cuma), tongkol, ikan sungai, ayam, daging sapi, telor, dan lain-lain. Selain makanan dan sayuran masih banyak lagi ada dijual di Pasar Kutu.

Suasana Pasar Kutu, Yogyakarta (Susiyati, Juli 2024)

Benak saya membayangkan aneka jajanan pasar nan lezat terhampar di lapak pedagang Pasar Kutu yang tertata apik. Aneka sayur, bumbu, berbagai jenis tahu, lauk pauk mentah dan matang sungguh menggugah selera untuk di icip-icip. Di paragraf terakhir bunda Susiyati menulis: penjual pakaian dan alat-alat rumah tangga juga tersedia di Pasar Kutu. Aneka plastik tersedia dalam berbagai keperluan dan ukuran, kotak snack, kotak makanan dan lain-lain. Pokoknya sekali ke pasar ini bakal pingin kembali karena pasarnya tidak terlalu luas, tidak banyak pengunjung, tidak berjubel sehingga tidak sumpek namun semua kebutuhan ada dan lengkap, harga juga murah. Selamat mencoba, yuk datang ke Pasar Kutu, pasti semua kebutuhan kita ada di sini. Selamat belanja dan tidak harus menguras kantong kita.

Luar biasa acara jalan-jalan bunda Susiyati dan suami tercinta ke Pasar Kutu. Hal ini merupakan informasi sangat bermanfaat untuk kami kunjungi saat berkesempatan ke kota Yogyakarta. Saya mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga diberikan kesempatan re-post tulisan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Sehat selalu bunda Susiyati bersama keluarga tercinta (srn).

Sumber tulisan dari Susiyati (IRo Society Samarinda)

8 Comments

  1. Luar biasa.
    Jaringan semakin berkembang jangkauan semakin ramai.

  2. Wah keren sekali…
    Terima kasih Bunda Dutchies dan Bunda Susiyati
    Telah berbagi tulisan indah tentang Pasar Kutu

  3. wah-wah berjalan jalan di pasar memang mengasyikkan, sama asyiknya menikmati cerita tentang jalan-jalan ke pasar di sebuah dukuh yang namanya unik. saya juga tergelitik dengan kubis criwis dan loncang sledri, seperti apa yaaa

    • Sebagai entomologist, saya penasaran mendengar nama Pasar Kutu sehingga saya meminang tulisan bunda Susiyati untuk di re-post disini. Terima kasih sudah berkunjung ibu sayang.

  4. Wah, mantap sekali bunda dutchies semakin berkembang dengan tulisan yang membawa kita ke pasar Kutu. Terimakasih bunda Susy sudah membagi cerita tentang Pasar Kutu. Namanya unik ada kutunya.

    • Terima kasih banyak kunjungannya bunda Mardina. Iya nih, saya meminang tulisan bunda Susiyati untuk di re-post karena tertarik dengan namanya, Pasar Kutu. Sangat unik didengar ya…Sehat selalu bunda.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *