“Menunggu siapa Bu?” si pemilik warung kopi bertanya padaku. Pandangan matanya menyelidik, pasti hatinya sibuk berspekulasi mengapa aku duduk begitu lama tanpa memesan apapun di warungnya. Mataku menatap si Bapak yang kulihat bagaikan detektif sibuk mengumpulkan barang bukti. Dia balas menatapku penuh curiga.
“Saya menunggu suami yang sidang di dalam,” aku menjawab seadanya. Tampaknya jawabanku kurang memuaskan sang penanya. Ekor mataku melihat dua ibu saling berbisik melihatku. Aku melempar pandangan ke arah jalan, kulihat Pak Ogah alias tukang parkir liar sibuk memberikan aba-aba pada beberapa pengendara motor.
“Suamimu terdakwa?”
Hatiku mencelos mendengar jawaban ngasal si pemilik warung kopi. Sontak beberapa pasang mata langsung menatapku tajam bagaikan sembilu yang menusuk ulu hati. Sorot mata manusia tak kukenal yang memancarkan kewaspadaan tingkat tinggi dan mendirikan bulu kuduk.
“Suami saya seorang Pengacara, dia sedang membela kliennya di dalam sana,” kukeraskan suaraku sambil menunjuk ke sebuah ruangan yang pintunya tertutup rapat. Kulihat si Bapak dan pengunjung lainnya menghela nafas lega. Kabut gelap telah tersapu angin sepoi-sepoi. Dia tersenyum lebar dan segera menyajikan sepiring pisang kepok rebus yang masih mengepulkan asap. Suasana beku langsung hilang, seiring hadirnya pisang rebus yang kukira mampu mengobati rasa laparku. Cerita yang kudengar dari si Bapak empunya warung, kudapan murah meriah yang terbuat dari pisang kepok direbus terbukti ampuh untuk mengobati sakit maag.
Masa penantianku usai sudah. Suamiku keluar ruangan sidang dengan wajah sumringah. Kliennya dibebaskan dari semua tuduhan palsu. Alhamdulillah, satu generasi telah diselamatkan dari dinginnya lantai sel penjara. Tiba di rumah, kurasakan ragaku lelah tak terkira. Ciluk baaa…kulihat rombongan pisang kepok saat kubuka kulkas untuk mengambil air minum. Aku mendengus kesal. Keinginan hati mengeksekusi rombongan pisang kepok yang telah lama mondok di dalam kulkas selalu tertunda dengan alasan sangat klise, kesibukan. Benarlah kata pepatah, maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Buktinya itu, niatnya mau bikin inilah itulah ternyata kalah oleh tenaga dan waktu yang tidak memadai.
Sebagai bahan informasi, Musa acuminata balbisiana atau pisang kepok famili Musaceae ditakdirkan menjadi tanaman kaya kalium. Aku teringat pembicaraanku dengan Bapak pemilik warung saat dia menyajikan sepiring pisang kepok rebus. Ternyata buah ajaib ini memiliki antasida alami berupa pektin. Zat ini sangat bermanfaat mengatasi gangguan asam lambung sekaligus mencegah timbulnya luka di dalam sistem pencernaan manusia. Umumnya orang yang sering terlambat makan pasti menderita sakit maag. Selain terlambat makan, stres berkepanjangan dan ketergantungan obat juga menjadi pemicu timbulnya gangguan pencernaan yang dapat diderita sampai bertahun-tahun lamanya. Kulit pisang mentah dan matang dapat dijadikan kompos dengan segudang manfaat untuk tanaman. Ini merupakan kabar sangat baik untuk para pecinta tanaman. Pemanfaatan limbah dapur menjadi kompos dapat mengurangi budget tambahan membeli pupuk untuk tanaman kesayangan (srn).