Setiap manusia mempunyai perbedaan signifikan antara satu dengan yang lainnya. Contoh nyata perbedaan yang paling sederhana adalah breakfast. Ada yang suka minum kopi tubruk di pagi hari ditemani dengan aneka jajanan pasar. Ada juga yang harus makan nasi karena tanpa nasi bukan breakfast namanya. Tipikal nasi yang dimakan juga berbeda, ada nasi uduk, nasi pecel, nasi kuning, nasi goreng dan lain-lain. Warna-warni berbagai jenis makanan dan aromanya yang wangi semerbak pasti mengguncang saraf perut penyebab kelaparan. Begitupun dengan aktivitas di dalam dunia literasi. Setiap Penulis mempunyai jalan masing-masing untuk menciptakan personal branding. Ada yang melakukan bedah buku dengan mengundang pembicara yang handal, ada yang membawa buku karyanya sebagai cendera mata ke luar negeri, ada yang bertemu petinggi negara dan memberikan bukunya sebagai hadiah, ada pula yang secara sukarela mengirimkan buku karyanya ke perpustakaan universitas terkemuka supaya masuk dalam katalog universitas tujuan yang dapat diakses di internet. Semua ini merupakan ikhtiar supaya si Penulis dikenal secara luas dan hasil karyanya memberikan dampak nyata kepada masyarakat.

Hari Raya Idul Fitri di tahun 2023 merupakan momen yang sangat membahagiakan untuk saya. Terdapat beberapa hari cuti bersama secara nasional dan diadakan serentak di seluruh Indonesia. Seperti pada tahun sebelumnya, saat Lebaran tiba, hanya dua hari aktivitas full open house yang saya lakoni. Memasuki hari ketiga, kehidupan di rumah saya sudah mulai berjalan normal karena saya tidak mudik. Suasana lebaran dan cuti panjang membuat jari saya lebih leluasa menari di atas tuts laptop. Perkembangan dunia digital yang sangat pesat sejak terjadinya pandemi Covid-19 membuat terbuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkarya di dunia online. Saya memanfaatkan kesempatan itu dengan membuka platform Instagram. Masya Allah, banyak sekali event menulis antologi cerita pendek (cerpen) dan puisi dari berbagai Penerbit yang sayang sekali untuk dilewatkan. Setiap Penerbit mempunyai kebijakan event secara gratis atau berbayar untuk peserta, beberapa syarat khusus dan tema tertentu untuk direalisasikan oleh Peserta di dalam event tersebut. Saya mencoba peruntungan dalam lomba menulis cerpen salah satu Penerbit. Ide di kepala saya langsung mengalir menjadi dua buah cerpen yang siap dilombakan dan telah saya bayar biaya registrasinya. Saya selalu percaya diri dan berpikir bahwa karya saya yang paling bagus. Saya menulisnya dengan sepenuh jiwa sehingga karya itu ‘pasti’ lolos seleksi karena isi ceritanya unik. Ternyata hal ini membuat saya lengah dan melupakan critical point supaya cerpen itu layak untuk dilombakan. Saking semangatnya menulis, saya melampaui jumlah kata yang menjadi syarat utama lolosnya suatu cerpen untuk diseleksi oleh Dewan Penerbit. Apa mau dikata, saya baru menyadari kesalahan fatal tersebut saat kedua cerpen saya sudah take off menuju ke meja Penerbit. Tangan saya bergetar saat memberikan highlight di dalam list cerpen yang telah saya hasilkan karena pasti karya itu tidak lolos seleksi. Dugaan saya benar, cerpen itu gagal dibukukan karena melampaui jumlah kata yang telah ditentukan. Semua cerpen itu dikembalikan haknya untuk dipublikasikan ke tempat yang diinginkan Penulis. Saat itu saya belum mempunyai professional website seperti saat ini sehingga kedua cerpen itu saya modifikasi sedikit dan publish ke Kompasiana. Saya sangat bersyukur, ternyata kedua cerpen itu menjadi Pilihan Editor Kompasiana dan mendapat label biru. Saat ada lagi event menulis cerpen berikutnya, saya benar-benar teliti membaca dan memenuhi semua persyaratan yang diinginkan Penerbit untuk karya yang dikirimkan ke mereka.

Promosi menulis antologi cerpen dan puisi yang diadakan oleh berbagai Penerbit dalam platform Instagram memang sangat luar biasa. Saya sampai kewalahan menulis karena deadline yang berbeda dan nyaris bersamaan di setiap event. Selain itu topik yang berbeda dan baru untuk saya yang telah terbiasa menulis buku ilmiah menjadi tantangan tersendiri dalam menghasilkan karya fiksi. Tipe huruf, besarnya font, variasi margin dan ukuran kertas yang juga berbeda membuat saya harus berjuang lebih keras untuk menghasilkan karya layak diterbitkan. Selama ini saya hanya menulis memakai ukuran kertas A4 yang telah tersedia secara otomatis di laptop. Saat ada tulisan yang harus ditransfer ke dalam bentuk kertas A5, saya menjadi kelabakan karena harus diformat secara manual. Alhamdulillah, kehadiran Mbah Google yang setiap saat dapat dimintai bantuan membuat pekerjaan saya menjadi lebih mudah. Format A4 dan A5 sangat berbeda, hal ini merupakan faktor penting penentu jumlah kata yang menjadi syarat sebuah tulisan. Benarlah kata pepatah, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Saya sampai ‘babak belur’ kehilangan waktu tidur akibat berburu deadline dengan Penerbit. Itulah konsekuensi utama seorang Penulis jika dia memutuskan meninggalkan zona nyaman dan memulai hal yang baru.

Setelah saya jalani proses menulis, seleksi karya dan tiba masanya launching buku, ternyata manajemen waktu, konsisten dan disiplin berperan sangat penting untuk seseorang menorehkan personal branding. Pekerjaan sebagai Penulis yang dikejar deadline berpotensi menimbulkan rasa stres, was was dan timbulnya perfeksionis secara berlebihan. Semua rasa lelah batin karena mengejar deadline saya jadikan motivasi untuk berkarya karena tersedia sertifikat yang dapat dimasukkan sebagai poin penunjang di dalam Beban Kerja Dosen (BKD) yang harus diisi setiap semester. Disiplin dalam menulis dan memanfaatkan waktu luang membuat saya sukses mendulang gelar juara, sertifikat, medali, piala dan buku. Paket hadiah dari berbagai Penerbit mendarat secara beruntun di rumah dan sangat sukses membuat keluarga saya terkaget-kaget. Saya merasa lucu melihat orang yang kebingungan dengan cara saya membagi waktu untuk menulis, menunaikan tugas sebagai dosen dan menjadi ibu untuk anak-anak. Itulah kehidupan di dalam masyarakat, apa yang kita lakukan dan menurut kita hal itu baik, belum tentu dapat diterima secara benar untuk orang tertentu. Saya hanya berpikir, inilah dunia saya dan saya senang melakukan hobi saya menulis dimanapun saya berada. Setiap kali saya menerima paket hadiah dari Penerbit, saya selalu membuat reels di Instagram dan menandai nama Penerbit pemilik paket. Ini termasuk upaya saya berterima kasih sekaligus memperkenalkan diri dan produk yang telah saya hasilkan di dalam penerbitan tersebut.

Saat menulis artikel ini, saya masih menunggu tiga buah buku antologi cerpen yang akan diterbitkan oleh Penerbit yang berbeda. Selama menjadi Penulis, saya melihat bahwa minat masyarakat Indonesia untuk membaca masih sangat rendah. Mahalnya harga buku merupakan alasan klise seseorang menolak untuk membaca hasil karya orang lain. Padahal buku adalah jendela ilmu pengetahuan and the best way to show your personal branding. Tidak ada upaya yang sia-sia jika kita mau melakukan suatu pekerjaan dengan ikhlas dan mengharapkan ridho dari Allah Subhana Wa Ta’ala. Tingkatkan kualitas dirimu untuk menunjukkan hasil karya nyatamu di masyarakat (srn).
[/et_pb_text][/et_pb_column] [/et_pb_row] [/et_pb_section]
Selalu keren bunda Sri Nur Aminah, Bunda Dutchies
Selamat selamat
Telah memberikan warna dalam dunia literasi.
Speechless. Great, Madame Sri Aminah.
Masyaallah…luar biasa Ibu Dutch.
Seorang Doktor Entomologist yang sangat piawai menulis cerpen.
Tulisannya sangat inspiratif dan memotivasi
Terbaik dan luar biasa
Masya Allah. Luar biasa. Keren bunda DUTCHies. Bagaimana caranya.
Penulis handal, ini tulisan bergaya Robandian, nano-nano informasi yang menginspirasi tentang karya-karya hebat ibu DUTCHies, selamat buu
Karya yang sangat bagus dan menginspirasi
Masya Allah mantap Bu Sri Nur Aminah. Terima kasih