Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk bersosialisasi. Banyak sekali bidang yang dapat digunakan sebagai sarana untuk berkolaborasi dengan orang lain, salah satu contohnya adalah menulis buku. Menulis buku secara beramai-ramai berdasarkan sebuah topik terasa sangat mengasyikkan. Sayangnya keindahan menulis sebuah artikel belum sepenuhnya dipahami oleh orang lain. Menulis artikel adalah menggali berbagai rasa tentang keindahan suatu obyek yang disukai. Saya menyukai benar belajar tentang ilmu botani khususnya gulma atau tumbuhan pengganggu. Hal inilah membuat saya bertekad mendobrak tradisi mengabaikan dokumen dengan memanfaatkan limbah tugas mahasiswa yang membahas tentang gulma. Di pikiran saya, realisasi semua tugas itu bermetamorfosis menjadi buku bunga rampai yang diterbitkan dengan ISBN oleh penerbit yang valid. Masing-masing mahasiswa yang menjadi co-author berkreasi menuliskan jenis gulma, klasifikasi dan manfaatnya untuk kehidupan.
Tantangan Membuat Jalur Baru
Berdasarkan pengalaman tempo doeloe, semua tugas kuliah yang disetor mahasiswa pasti terlupakan saat semester berakhir. Lazimnya selama ini tugas esai atau review jurnal karya mahasiswa hanya disetor untuk mendapatkan nilai mata kuliah dari dosen. Setelah perkuliahan selesai, kertas tugas itu menjadi penghuni lemari berdebu dan menambah pemakaian memori dalam email penerima (atau langsung di delete setelah selesai dibaca dosen). Jika sudah terasa mengganggu, tumpukan kertas yang berada di dalam ruangan berubah status menjadi penghuni tempat sampah atau disumbangkan sebagai pembungkus barang pedagang di pasar.
Kesibukan dengan tugas tambahan sebagai Sekretaris Departemen membuat saya kelelahan membagi waktu dan prioritas. Sebagai bahan penilaian Ujian Tengah Semester (UTS), saya meminta masing-masing mahasiswa di dalam kelas menulis topik tentang satu jenis gulma atau tumbuhan pengganggu yang berbeda antara satu dengan lainnya. Tugas UTS itu mempunyai persyaratan: diketik menggunakan MS Word, minimal 700-800 kata, menggunakan font 12 Times New Roman, ukuran margin 3-3-3-3 dan ukuran kertas A4. Saya memberikan periode selama dua minggu untuk mahasiswa menyelesaikan tugas itu. Setelah diperiksa dan diberikan nilai, dokumen itu menumpuk di sudut meja kerja saya. Hari berlalu, saya tetap sibuk dengan rutinitas mengajar, menguji seminar proposal/seminar hasil mahasiswa, memberikan konsultasi penulisan skripsi dan menghadiri rapat sebagai Leaders dari salah satu Depertemen yang berada di dalam lingkup Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Saat itu hari Jumat siang. Sambil menunggu waktu kuliah berikutnya, tanpa sengaja pandangan mata saya tertumbuk di sudut meja. Saya merasa bahwa tumpukan ilmu hasil karya mahasiswa yang berada di meja saya sangat mubazir untuk dilewatkan keindahannya. Saya melihat peluang emas meningkatkan kualitas tulisan itu dengan merangkumnya menjadi satu buku ilmiah bertajuk bunga rampai. Ini adalah ‘jalur baru’ yang barangkali pernah terpikirkan oleh kolega yang berada di sekeliling saya namun tidak pernah terealisasikan. Buku yang akan terbit bakal mendongkrak personal branding sekaligus membuka mata mahasiswa bahwa karya yang mereka hasilkan tidak sia-sia. Pesan Prof. Imam Robandi untuk selalu meningkatkan kualitas diri dan menggali rasa dalam setiap situasi membuat saya bertekad untuk menciptakan personal branding mahasiswa dengan cara saya sendiri, walaupun itu tidak lazim untuk dilakukan.
Suka Duka Mencari Penerbit
Perlahan saya membaca kembali dan mengoreksi tugas mahasiswa yang telah dinilai dengan cara memperbaiki tata bahasa sekaligus menambah Daftar Pustaka yang masih berantakan. Prosesnya memakan banyak waktu karena saya harus menambah sketsa tumbuhan yang dimaksud dan link sumber gambar itu. Saya meluangkan waktu ekstra di sela rutinitas supaya draft buku itu segera tuntas. Selain membenahi tulisan karya mahasiswa, saya juga harus mencari penerbit. Alhamdulillah selama libur Hari Raya Idul Fitri, saya telah mengikuti berbagai lomba menulis cerpen dan puisi di Instagram (IG). Event ini diadakan oleh berbagai penerbit dan gratis. Beberapa orang kolega yang menjadi follower IG saya menggelengkan kepala. Mereka takjub bagaimana saya meramu sebuah cerpen atau puisi dengan berbagai topik yang telah ditentukan dalam waktu yang sangat terbatas. Saya tertawa dan mengatakan bahwa ide cerpen atau puisi itu selalu timbul kapan saja. Kendala yang paling utama adalah bagaimana meluangkan waktu menuangkan ide tersebut ke dalam suatu tulisan. Dengan sedikit pressure, saya mengurangi waktu tidur untuk menulis cerpen atau mengkreasikan sebuah puisi yang akan dilombakan. Motivasi saya begitu menggebu-gebu karena tersedia sertifikat untuk peserta (dapat digunakan untuk mengisi Beban Kerja Dosen). Kebanggaan lainnya adalah cerpen dan puisi yang lolos seleksi akan dibukukan. Betapa bangganya ada nama Sri Nur Aminah dalam jejeran penulis buku yang dipromosikan di IG milik penerbit.
Saya membicarakan rencana menerbitkan buku itu dengan beberapa orang mahasiswa. Saya bertanya apakah mereka bersedia karyanya diterbitkan menjadi buku? Satu dua orang mengangguk pelan (namun wajahnya terlihat skeptis) sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja. Saya sempat kaget juga melihat reaksi seperti ini namun tidak menyurutkan niat saya menerbitkan tulisan tersebut. Saya berkata dalam hati melihat wajah yang skeptis, lima tahun dari hari ini kalian pasti pontang panting mencari sertifikat, materi atau apapun yang dapat menambah nilai Curriculum Vitae. Kita lihat saja nanti bagaimana buku yang akan dibuat ini bakal mendongkrak personal branding kalian.
Bertemu Penerbit dan Belajar Membuat Professional Pre Order (PO)
Alhamdulillah, melalui event lomba menulis saya bertemu dengan Defamedia Publisher di IG. Sejak awal saya sudah menyadari bahwa penerbitan buku memakan waktu yang panjang karena adanya koreksi lay out gambar, tata letak tulisan dan berbagai hal terkait dengan buku. Saya menargetkan koreksi tulisan mahasiswa harus selesai pada akhir bulan April supaya segera dikirimkan ke Penerbit. Alhamdulillah tanggal 30 April 2023, draft buku lengkap sukses saya kirimkan ke email Defamedia. Isi draft buku itu dominan karya mahasiswa dan saya menyisipkan dua artikel yang telah ditolak oleh media cetak. Jujur saja, hati saya sangat kesal karena sudah kesekian kalinya tulisan saya ditolak oleh media cetak dengan alasan yang tidak dapat diterima akal sehat. Sudahlah, saya masukkan saja artikel itu ke dalam buku sebagai suplemen nutrisi untuk dibaca oleh Pembaca buku itu nantinya.
Draft buku yang saya targetkan sekitar 100-an lembar, ukuran wajar untuk sebuah buku ilmiah. Saya sempat membayangkan ekspresi ‘kaget’ wajah tim Defamedia saat menerima email dan melihat jejeran nama penulis mencapai 35 orang (saya dan 34 orang mahasiswa). Proses penerbitan dimulai dengan lay out buku dan mengurus ISBN. Saya harus membuat surat pernyataan (mencantumkan nama semua Penulis) yang ditanda tangani oleh first author. Alhamdulillah, proses mengurus ISBN berjalan lancar walaupun kami sempat was-was authornya mencapai jumlah 35 orang. Tahap selanjutnya adalah statusnya draft buku siap cetak. Mesin cetak milik Defamedia mempunyai batas cetak minimal 10 buku sehingga saya harus membuka Pre Order (open PO) untuk peminat buku itu.
PO pesanan buku secara manual saya sampaikan kepada Ketua Kelas supaya dishare ke mahasiswa yang namanya ada dalam buku. Sayangnya respon yang saya terima sangat bertolak belakang saat pertama kali saya mencetuskan ide menerbitkan tugas mahasiswa menjadi sebuah buku. Saya memeras otak, berpikir dalam diam, mungkinkah calon pembeli merasa tawaran ini kurang meyakinkan. Solusinya saya minta Defamedia membuatkan professional flyer open PO untuk buku Mengulik Gulma dan Segudang Manfaatnya. Adanya flyer PO yang elegan dengan keterangan lengkap tentang spesifikasi buku membuat saya mudah mengirimkan tawaran itu ke calon pembeli dan grup WA mahasiswa. Perilaku orang yang menerima tawaran buku saya sangat variatif. Ada yang menolak dengan alasan saat ini tidak membutuhkan bacaan seperti itu, beralasan lupa mengorder, harganya terlalu mahal karena disangkanya saya akan membagikan buku itu secara gratis dan berbagai alasan lainnya yang membuat saya harus menghela nafas panjang. Tentang harga buku, saya sudah melakukan negosiasi dengan Defamedia supaya harga bukunya disesuaikan dengan isi kantong mahasiswa. Alhamdulillah penerbit yang bernama Defamedia sangat fleksibel dan selalu berusaha memberikan kepuasan kepada pelanggannya.
Buku Naik Cetak
Alhamdulillah kembali saya ucapkan karena telah terbuka jalan buku itu naik cetak walaupun telah berbenturan dengan berbagai kendala. hari berganti, mulailah masuk pesanan buku dari beberapa teman yang memang serius ingin membaca isi buku itu. Yang membuat saya dongkol, mahasiswa yang tercantum namanya dalam buku itu belum ada yang merespon secara serius. Akhirnya saya menghubungi Defamedia, menanyakan apakah ada fasilitas lain yang diberikan dari penerbit untuk penulis buku ini? Jawabannya sangat menggembirakan. Semua penulis yang tercantum namanya mendapatkan sertifikat sebagai penulis buku itu. Kabar bahagia ini saya bagikan kepada mahasiswa yang menjadi co-author, berharap mereka berubah pikiran untuk menjemput masa depan yang telah kelihatan hilalnya. Mahasiswa yang pandai melihat peluang masa depan gemilang segera berbondong-bondong memesan buku itu. Harga periode PO sebesar Rp. 80,000 tidak sebanding dengan nama yang tercantum dalam buku plus sertifikat untuk masing-masing penulis. Alhamdulillah periode PO berakhir dengan berhasil mendapat 40 orang pemesan buku (hanya 76,8% mahasiswa di kelas saya yang memesan buku yang tercantum namanya). Saya sangat excited, target awal hanya 20 pemesan membengkak jadi 40 pemesan. Hal ini sungguh di luar dari perkiraan saya karena terpaku pada reaksi apatis mahasiswa yang menjadi co-author. Tanpa menunggu lama, uang pesanan saya transfer ke rekening Defamedia dan buku mulai dicetak pada tanggal 18 Juni 2023 sesuai dengan jumlah pesanan. Tanggal 28 Juni 2023, paket buku seberat 7 kg tiba di rumah saya. Sistem bayarnya COD sangat memudahkan saya menyelesaikan urusan biayanya setelah kiriman tiba di Makassar. Sekarang buku itu masih berada di rumah saya. Minggu depan mereka akan saya lepas ke pemiliknya masing-masing. Saya ingat bahwa buku saya yang telah terbit berjumlah 20-an lebih sangat sukses mengantarkan saya mendapatkan beasiswa Fulbright Visiting Scholar ke Denver, Amerika Serikat pada bulan Juni – Desember 2021. Keyakinan inilah membuat saya berani membuat jalur baru untuk menulis buku. INti dari semua proses yang saya jalani, yakin dan percayalah, tidak ada upaya yang sia-sia.
Quotes hari ini: Manusia yang tidak pandai melihat peluang telah berhasil menjerumuskan dirinya ke dalam lumpur pekat yang sukses menutup rapat personal brandingnya (srn).